Susilo, Tommy Adi (2004) An analysis of figure of speech on William Shakespeare's "Twelfth Night". Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandala Madiun.
Text (ABSTRAK)
ABSTRAK.pdf Download (6MB) |
|
Text (BAB 1)
BAB 1.pdf Download (3MB) |
|
Text (BAB 2)
BAB 2.pdf Restricted to Registered users only Download (7MB) |
|
Text (BAB 3)
BAB 3.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) |
|
Text (BAB 4)
BAB 4.pdf Restricted to Registered users only Download (14MB) |
|
Text (BAB 5)
BAB 5.pdf Download (2MB) |
|
Text (LAMPIRAN)
LAMPIRAN.pdf Restricted to Registered users only Download (4MB) |
Abstract
Bahasa sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa digunakan untuk saling berkomunikasi. Tanpa ini orang tidak dapat berinteraksi dan bersosialisasi satu kebutuhan komunikatif kita. Bahasa dapat dipelajari dan ilmu yang mempelajari bahasa disebut linguistik. Secara umum, bahasa dibagi menjadi dua bagian yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan. Dengan menggunakan bahasa tulisan orang dapat berkomunikasi satu dengan yang lain dan ini menjadi kebutuhan tersendiri bagi kita.Namun, orang tidak selalu berbicara atau menggunakan bahasa lisan dan gerakan tubuh dalam berkomunikasi. Pada situasi tertentu, mereka harus menuliskan apa yang ingin mereka ungkapkan dan ekspresikan. Dalam hal ini mereka menggunakan bahasa tulis atau dengan kata lain menggunakan tulisan sebagai media untuk menyalurkan ide-ide mereka. Karya sastra merupakan salah satu bentuk bahasa tulisan. Pengarang atau penulis mempunyai ide-ide yang diekspresikan melalui tingkah laku karakter-karakter dalam cerita.Bentuk karya sastra ini misalnya adalah novel. Bisa juga tingkah laku karakter dalam cerita tersebut disertai dengan dialog-dialog antar karakter. Contoh dari karya sastra ini adalah drama. Sebagaimana bahasa lisan, karya sastra sebagai bahasa tertulis mengandung pesan yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca.Namun untuk memahami pesan tersebut tidak selalu mudah. Hal ini karena bahasa dalam karya sastra sangat berbeda dengan bahasa lisan sehari-hari. Kesulitan tersebut juga muncul karena satu kata atau frase bisa mempunyai makna lebih dari satu.Berbicara tentang makna bahasa, makna dibagi menjadi dua, yaitu makna kata yang dapat langsung kita lihat dalam kamus yang disebut makna literal, dan makna kiasan,yaitu makna tidak sebenarnya, atau makna yang didalamnya terkandung makna tertentu. Makna kiasan inilah yang kadang membuat pembaca salah dalam menginterpretasikan pesan penulis. Penggunaan makna kiasan sangat penting disamping makna literal atau makna sebenarnya. Hal ini karena jika semua ekspresi-ekspresi dalam suatu karya sastra dibuat hanya dalam.pernyataan atau ekpresi yang mempunyai makna literal saja,pembaca akan mudah menjadi bosan. Karya sastia tersebut mungkin juga akan kehilangan keindahannya. Dengan kata lain, penggunaan makna kiasan akan membuat aktivitas membaca menjadi lebih menyenangkan. Dalam hal penciptaan ekspresi yang mengandung makna kiasan, gaya bahasa berperan penting. Penggunaan gaya bahasa akan membuat ekspresi-ekspresi menjadi lebih indah berbobot dan dramatis. Salah seorang penulis karya sastra fiksi terkenal yang inenyadari pentingnya gaya bahasa dalam karya-karyanya adalah WVilliam Shakespeare. Dia selalu menggunakan gaya bahasa yang indah dalam penciptaan karya-karyanya,termasuk dalam drama ciptaannya yang berjudul Twelfih Night. Peneliti menjadi tertarik untuk menganalisa karya sastra ini dengan tujuan untuk mengetahui gaya bahasa apa saja yang sering digunakan dalam Twelfth Night. Diasamping itu, penulis juga tertarik untuk mengetahui makna yang terkandung didalam gaya bahasa tersebut.Dalam analisa ini penulis menggurakan desain riset deskriptif. Lebih jauh lagi,peneliti juga melakukan riset perpustakaan untuk mengumpulkan data. Dari analisa yang diakukan penulis dapat disimpulkan bahwa terdapat enam gaya bahasa yang sering digunakan dalam drama berjudul Twelfth Night yang ditulis oleh William Shakespeare. Gaya bahasa tersebut adalah Simile, Metaphora, Personifikasi, Hiperbola, Metonimi, dan Sinecdoch. Diantara enam gaya bahasa tersebut , metaphor adalah gaya bahasa yang paling luas penggunaannya, dalam artian metaphor mampu mencakup gaya bahasa yang lain. Yang paling utama adalah bahwa metaphor meliputi juga gaya bahasa personifikasi. Satu perbedaannya adalah perbandingan dam personifikasi harus menngunakan karakter manusia. Berbeda dengan personifikasi, meskipun simile juga merupakan jenis gaya bahasaperbandingan , simile tidak dapat dimasukkan dalam metaphor. Di lain pihak, banyak metaphor juga dapat diambil sebagai contoh dari hyperbole. Dua gaya bahasa yang lain, yaitu metonimi dan synecdoche adalah dua gaya bahasa yang erat berhubungan. Beberapa metonimi, namun tidak semuanya, meliputi juga synecdoche. Masih terus dilakukan studi untuk memisahkan antara metaphor dengan metonimi dan synecdoche. Dari semua analisa dapat disimpulkan bahwa metaphor berdasar pada analogi atau persamaan, sedangkan metonimi dan synecdoch berdasar pada hubungan dekat yang aktual .
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Figure of speech, Twelfth Night |
Subjects: | Faculty of Literature Faculty of Literature > English Literature |
Divisions: | Fakultas Sastra > Prodi Sastra Inggris |
Depositing User: | Petrus Suwandi |
Date Deposited: | 01 Oct 2024 09:24 |
Last Modified: | 01 Oct 2024 09:24 |
URI: | http://repository.widyamandala.ac.id/id/eprint/3044 |
Actions (login required)
View Item |