Virana, Yosi (2002) The analysis of the vendors' language on Madiun to Surabaya economic trains. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandala Madiun.
Text (ABSTRAK)
ABSTRAK.pdf Download (6MB) |
|
Text (BAB 1)
BAB 1.pdf Download (2MB) |
|
Text (BAB 2)
BAB 2.pdf Restricted to Registered users only Download (15MB) |
|
Text (BAB 3)
BAB 3.pdf Restricted to Registered users only Download (29MB) |
|
Text (BAB 4)
BAB 4.pdf Download (3MB) |
|
Text (LAMPIRAN)
LAMPIRAN.pdf Restricted to Registered users only Download (11MB) |
Abstract
Hampir dalam semua aktifitas, kita menggunakan bahasa sebagai sarana penunjangnya, baik itu bahasa tulis maupun bahasa lisan. Dalam berkomunikasi,yang terjadi antara dua atau lebih partisipan, pastilah menggunakan bahasa sebagai medianya. Sedangkan komuniasi itu sendiri bisa terjadi kapan dan di mana saja. sama halnya dengan komunikasi yang dilakukan oleh para pedagang asongan kereta api di kelas ekonomi. Mereka mencoba untuk berkomunikasi dengan penumpang kereta melalui ungkapan-ungkapan promosinya, sebagai usaha untuk memulai komunikasi dan sekaligus mengenalkan barang dagangannya. Komunikasi tersebut terjadi jika ada satu pihak yang memulai yaitu sebagai pihak pembicara dan ada pihak penerima yaitu pendengar yang kemudian akan memberikan respon atau reaksi atas apa yang di dengar dan dimengertinya.Jadi pada dasarnya komunikasi itu terjadi bila ada kesesuaian antara pembicara dan pendengar. Seperti yang diungkapkan oleh Grice (1975) tentang teori prinsip-prinsip kerjasama-nya (cooperative principles) yang terdiri atas empat prinsip atau maksim utama yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan. Grice mengatakan bahwa dalam berkomunikasi, informasi yang kita sampaikan setidaknya dapat dimasukkan dalam empat macam maksim atau aturan-aturan yang membatasinya, agar pesan atau informasi tersebut dapat tersampaikan dengan baik dan semaksimal mungkin, jadi nantinya ada interaksi antara si pembicara dengan si pendengar. Dan prinsip ini tidak terlepas dari gaya bahasa (speech acts) yang menurut Clark dan Clark (1977) adalah bentuk atau cara penyampaian informasi yang mengekspresikan suatu hal dari si pembicara kepada si pendengar sehingga pendengar mampu untuk memberikan aksi balik atas apa yang dimengertinya sesuai dengan yang diinginkan pembicara. Kenyataannya teori dari Grice ini benar-benar berlaku dalam komunikasi sosial, juga pada tiap ujaran yang diucapkan oleh pedagang-pedagang asongan di kereta api jurusan Madiun Surabaya itu, seperti kereta api Logawa, Sritanjung,dan Purbaya. Ujaran-ujaran yang mereka hasilkan, pada saat mempromosikan barang dagangannya yang mengarah pada kesesuaian terhadap maksim-maksim dari prinsip kerja sama Grice sebesar 91, 07% dan 8,93% tidak sesuai dengan teori tersebut. Dari 91,07% itu yang tertinggi eksistensi dari kesesuaian maksimnya adalah pada maksim kualitas yaitu sebesar 29,46%, karena maxim ini lebih sering digunakan dalam komposisi ujaran si pedagang mereka menggukan maxim ini melalui pengungkapan kondisi atau keberadaan dari barang dagangannya. Ia menyampaikan kondisi barang dagangannya dan berusaha untuk mengatakan yang sebenar-benarnya kepada pendengar. Dengan begitu pendengar akan terpengaruh untuk membeli barang tersebut. Para pedagang itu menyampaikan bentuk,rasa, warna, asal dan sifat-sifat lain dari benda yang dimaksud. Kemudian maksim kedua yang juga banyak digunakan oleh pedagang asongan itu adalah maksim pelaksanaan (maxim of manner) yaitu maksim yang membahas masalah cara informasi tersebut disampaikan dan mendapat respon atau tanggapan dari si pendengar. Dalam maksim ini pedagang yang ujarannya sesuai adalah 26,79% dari seratus dua belas data yang terkumpul. Jadi bisa dibilang bahwa maksim pelaksanaan ini juga penunjang berhasil tidaknya suatu komunikasi itu terjadi atau terbentuk, terlebih lagi dalam perdagangan. Dan penulis menganalisa dari sisi penggunaan bahasanya dan aksi atau tindakan konkret dari mereka saat menawarkan barang dagangannya. Sedangkan maksim berikutnya adalah maksim kuantitas (maxim of quantity) yaitu maksim yang menyatakan bahwa informasi yang disampaikan haruslah benar-benar informative, spesifik dan mewakili keseluruhan dari makna.Dan di sini pedagang asongan berusaha menyampaikan informasinya se informative mungkin kepada pendengar. Ia menggunakan ekspresi dari harga,ukuran dan kuantitas yang diperoleh untuk setiap pembelian dengan harga tertentu. Kesesuaian dari maksim ini, dalam bahasa yang digunakan pedagang asongan, sebesar 24,11% dari seratus dua belas data yaitu sebanyak dua puluh tujuh data. Kemudian pedagang asongan yang mengacu pada maksim relevansi sangat sedikit dibandingkan dengan tiga maksim lainnya yaitu sebesar 10,71%.Dalam maksim ini pedagang berusaha untuk menghadirkan alasan-alasan dari ia menjual benda tersebut, sehingga si pembeli mengetaui manfaat dari benda tersebut dan dapat menentukan apakah ia perlu untuk membeli atau tidak. Para pedagang tersebut berusaha untuk menghadirkan kata-kata yang mendukung barang dagangannya sebagai usaha untuk promosi atau mengenalkan pada pendengar. Kesimpulannya dari ujaran-ujaran yang mereka hasilkan, mereka dapat menciptakan komunikasi singkat dengan pendengar. Sudah jelas kini apapun aktivitas kita, bahasa adalah salah satu sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan rekan atau sosial kita.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Vendors' language, Madiun, Surabaya, economic trains |
Subjects: | Faculty of Literature Faculty of Literature > English Literature |
Divisions: | Fakultas Sastra > Prodi Sastra Inggris |
Depositing User: | Petrus Suwandi |
Date Deposited: | 11 Nov 2024 06:40 |
Last Modified: | 11 Nov 2024 06:40 |
URI: | http://repository.widyamandala.ac.id/id/eprint/3077 |
Actions (login required)
View Item |