The analysis of feminism in the novel Silent Honor by Danielle Steel

Hapsari, Fanny Indri (2005) The analysis of feminism in the novel Silent Honor by Danielle Steel. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandala Madiun.

	Text (ABSTRAK) ABSTRAK.pdf Download (5MB)
	Text (BAB 1) BAB 1.pdf Download (3MB)
	Text (BAB 2) BAB 2.pdf Restricted to Registered users only Download (8MB)
	Text (BAB 3) BAB 3.pdf Restricted to Registered users only Download (19MB)
	Text (BAB 4) BAB 4.pdf Download (2MB)
	Text (LAMPIRAN) LAMPIRAN.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB)

Abstract

Merupakan sebuah pengalaman yang amat mengesankan menganalisa novel “Silent Honor", sebuah karya besar yang ditulis seorang penulis berbakat Amerika; Danielle Steel. “Silent Honor” adalah salah satu diantara karya-karya besar beliau. Novel ini berlatar belakang Kebudayaan Jepang. Sebuah kebudayaan yang kolot dan terbelakang bagi kaum wanita. Kebudayaan yang hidupdan dilestarikan oleh penerus-penerusnya tanpa banyak bertanya, tanpa protes dan apa adanya. Para nenek moyang berlaku sebagai guru yang mentransfer kebudayaan ini dan para anak cucu harus menjadi murid-murid yang baik dan patuh. Pelaku utama novel ini “'Hiroko Takashimaya”. Dia adalah gadis Jepang tulen. Kolot, lugu, patuh dan tidak banyak tanya. Ayah Hiroko adalah sorang professor di sebuah perguruan tinggi di Kyoto, Jepang. Dia adalah satu-satunya orang yang berpandangan modern. Namanya Profesor Masao Takashimaya., Masao tidak ingin melihat anak gadisnya memiliki nasib dan tata caraseperti perempuan Jepang kebanyakan. Dia inginkan suatu perbedaan.Dia ingin anak gadisnya mengenal dunia yang lebih dari hanya sekedar budaya minum teh dan merangkai bunga. Hiroko harus menjadi perempuan yang modern.Meskipun keinginannya ini ditentang oleh "Hidemi" istrinya. Istrinya menginginkan Hiroko tetap menjadi perempuan Jepang pada umumnya. Hidemi ingin agar anak lelaki mereka, Yuji yang hidup terpelajar dan modern. Masao menolak, bersikeras memberikan bekal pendidikan yang tinggi kepada Hiroko.Hidemi akhirnya mengalah, merelakan putrinya pergi ke Amerika untuk menuntut ilmu. Perjalanan hidup Hiroko di Amerika membuka matanya akan hal baru.Bertemu dengan banyak orang, dengan berbagai macam karakter dan perilaku membuat Hiroko terbuka matanya. Satu hal yang tidak dimengerti olehnya bahwa orang-orang kulit putih (Amerika) me:iganggap rendah kepada orang-orang ASIA,terutama Jepang. Prasangka mereka terhadap orang Jepang amat mengganggu pergaulan dan pendidikannya. Di negeri Paman Samn ini ia kemudian juga bertemu dengan seorang laki-laki yang sama sekali tidak menganggap rendah kebudayaannya. Ia adalah asisten pamannya di Universitas Stanford. Namanya Peter Jenkins. Kisah cinta diantara mereka terjalin : Hiroko dan Peter. Jalinan cinta itulah yang membe ri kekuatan bagi Hiroko untuk bertahan di Amerika dalam keadaan terburuk sekalipun. Pecah perang antara Jepang dan Amerika adalah sebuah mimpi buruk bagi Hiroko. Ia menjadi seorang musuh di negara asing, sebuah negara yang melawan negaranya Jepang. Ia harus menerima cacian, ejekan dan perlakuan-perlakuan yang tidak manusiawi bagi seorang perempuan Asia. Hiroko harus rela diasingkan, diinterogasi dan dipenjara. Karena kejujurannya, kegigihannya bertahan hidup, akhirnya ia dianggap tidak bersalah dan dikembalikan kepada orang-orang jepang yang lain Feminisme dalam novel ini tidak hanya berkisah pada sebuah kebudayaan yang kolot dan perlu dibenahi, tetapi juga sebuah peradaban modern yang masih menganggap perbedaan ras manusia, seperti yang dilakukan Amerika terhadap Jepang, sebuah Negara Asia. Daniel Stell menceritakan kisah ini dengan amat menarik, dibumbuhi dengan kisah cinta 2 manusia yang berbeda budaya dan latar belakang. Dengan bahasa yang lugas dan alur cerita yang mudah dipahami, Novel ini menjadi sebuah karya yang mempesona untuk dianalisa.

Actions (login required)

View Item