Arianti, Pipit Tri (2005) The influences of Eliza Doolittle's ambition on her behavior in George Bernard Shaw's Pygmalion. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandala Madiun.
Text (ABSTRAK)
ABSTRAK.pdf Download (6MB) |
|
Text (BAB 1)
BAB 1.pdf Download (3MB) |
|
Text (BAB 2)
BAB 2.pdf Restricted to Registered users only Download (7MB) |
|
Text (BAB 3)
BAB 3.pdf Restricted to Registered users only Download (19MB) |
|
Text (BAB 4)
BAB 4.pdf Download (2MB) |
|
Text (LAMPIRAN)
LAMPIRAN.pdf Restricted to Registered users only Download (6MB) |
Abstract
Kehidupan masyaraket dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut segi materialnya. Yang pertama masyarakat tingkat atas, masyarakat menengah dan masyarakat bawah. Ketiganya mempunyai tutur kata serta cara bersosialisasi yang berbeda. Masyarakat yang tingkatannya tinggi atau bisa disebut orang kaya,biasanya menampilkan tingkah laku yang baik, sopan, beradab, dan pembicaraan mereka mengacu pada kehidupan modern. Masyarakat menengah disebut juga tidak kaya atau miskin, dapat menempatkan dirinya pada kelompok atas maupun bawah. Yang ketiga adalah masyarakat rendah yang disebut juga orang-orang miskin. Mercka hampir tidak mempunyai sebutan orang baik. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya pendidikan dan sejenisnya sehingga mengakibatkan mereka berlaku kurang sopan dan berbicara kasar. Dalam thesis ini, penulis ingin membahas tentang scorang gadis miskin yang berambisi untuk menjadi wanita yang baik dan beradab, seperti halnya orang-orang tingkat atas. Dalam menganalisa drama ini, pcnulis menggunakan metode deduktif dengan menarik kesimpulan yang berawal dari hal yang umum ke hal yang khusus. Penulis juga menggunakan metode pengumpulan data dari buku-buku yang mempunyai hubungan dengan kesusastraan. Drama Pygmalion memberi gambaran pada manusia bahwa sebenarnya masyarakat rendah dapat meningkatkan taraf hidupnya apabila orang tersebut punya niat, motivasi, dan ambisi. Seperti halnya Eliza Doolittle, seorang gadis miskin dan tidak berpendidikan mempunyai keinginan untuk tetap bertahan hidup dengan menjual bunga. Orang tuanya yang tinggal ayahny: menganggap Eliza telah mampu melakukannya. Pada sore hari yang hujan, banyak orang-orang dari segala tingkatan berteduh di Convert Garden tidakterkecuali Eliza. Eliza mencoba menawarkan bunga-bunganya pada orang-orang tersebut. Perkataan Eliza tersebut didengar oleh Professor Higgins, seorang ahli Ponetik. Professor Higgins mengatakan pada temannya bahwa dia dapat mengubah Eliza sebagai wanita yang berpendidikan dan disegani. Perkataan Eliza sangat kasar dan tidak jelas serta tingkah lakunya buruk sekali. Eliza mendengar perkataan Higgins dan temannya, sehingga pada suatu hari dia pergi kerumah Professor Higgins. Eliza meminta Professor Higgins untuk mengajarinya sehingga dia dapat bekerja sebagai pegawai toko bunga.Dengan berkata kasar pada Eliza akhirnya Professor Higgins menerima Eliza sebagai muridnya. Mr. Higgins mengajar Eliza dengan sangat buruk sekali. Apabila Eliza mendapat kesalahan, dia selalu mengatai Eliza dengan kata-kata yang kotor.Katena ingin menjadi seorang wanita baik Eliza dengan sabar mengikutinya. Eliza termasuk murid yang pandai, dia cepat menguasai pelajaran-pelajaran yang diberikan kepadanya. Dengan diberikan baju-baju yang bagus Eliza dibawa ke suatu pertemuan untuk menguji ketrampilannya. Tidak disangka dalam pertemuan itu Eliza tampil sangat anggun, bagai seorang putri bangsawan. Dia tidak menunjukkana sedikitpun dari kalangan masyarakat rendah. Dalam hal ini, Mr. Higgins masih memperlkukan Eliza dengan tidak baik sehingga mereka bertengkar serius. Eliza pada akhirnya memilih seseorang untuk menjadi suami yaitu Freddy. Freddy dapat menerima Eliza apa adanya dan penuh kasih sayang, dan dibiarkannya Mr. Higgins dalam keegoisannya. Dari semua ini dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang yang berasal dari kalangan masyarakat rendah dapat mengubah dirinya menjadi orang baik dan berpendidikan. Apabila semua ini diiringi dengan dan ambisi yang kuat. Dan orang dari kalangan atas juga tidak tentu dapat berkata-kata baik seperti halnya Mr.Higgins. Walaupun ambisi Eliza sangat kuat, dia tidak terlepas kontrol, dia masih dapat mengatasinya dan tidak menjadikannya terlepas kendali. Eliza selalu menyadari siapa dirinya dan dari mana asalnya.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Influences, ambition, behavior, Pygmalion |
Subjects: | Faculty of Literature Faculty of Literature > English Literature |
Divisions: | Fakultas Sastra > Prodi Sastra Inggris |
Depositing User: | Petrus Suwandi |
Date Deposited: | 11 Sep 2024 03:46 |
Last Modified: | 11 Sep 2024 03:47 |
URI: | http://repository.widyamandala.ac.id/id/eprint/2989 |
Actions (login required)
View Item |